Rumah?


Malam ini kali pertama aku belajar memutar kunci dari dalam

Membiarkan sepi masuk tanpamu


Akulah musim gugur yang rela kehilangan bunga-bunga musim panas

Akulah daun jatuh dan ranting patah yang tersibak sepatumu


Akulah rumah yang sering berlari ke arahmu--

menawarkan makanan hangat, telinga, dan bahu

Menyodorkan perasaan untuk nanti kau bawa pulang

Selalu.

Saat badai tak lagi membasahi pipimu


Aku pernah menjadi peta yang tersesat saat tak menemukanmu di tujuan akhirku

Aku pernah menjadi bara yang kau biarkan padam kedinginan 


Nada-nada tentangmu selalu mengalun perih 

dan kaulah lagu yang diam-diam aku dengarkan 

Sendirian.


Aku tidak lagi memaksamu tumbuh di pekaranganku

Tanahku bukan lagi pelipur sesaat bagimu,

keindahan yang mencerai berai dadaku


Hujan yang gemar mengecup dahi kita menjadi lebih deras dari biasanya

Rintik yang membasahi jendela meluputkanmu untuk kembali pada daun pintu yang sama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Raseksa dari Alengka 2

Surat Terbuka Untuk Lautan