Raseksa dari Alengka 2
"Sinta, sudahkah kau mencintaiku?"
"Sinta, sangat sulitkah bagimu untuk melihatku barang hanya sebentar?, mendengarkan syair yang aku tulis barang hanya sepenggal kalimat?"
"Sinta, terkutukkah rupaku? Sehingga memandangku pun tak ingin?"
"Sinta, seburuk itukah aku? Sehingga mencintaimu begitu menyakitkan?"
"Sinta, sudahkah kau mencintaiku hari ini?"
Kisah Ramayana ini memang bisa dilihat dari dua sudut pandang. Namun kali ini yang menarik adalah sudut pandang dari raja Alengka, Rahwana. Kisah yang sama dengan "rasa" yang berbeda.
Rahwana seringkali dikenal sebagai tokoh antagonis yang merebut Sinta dari suaminya, Rama. Tapi sebenarnya apa yang menjadi motivasi terbesar Rahwana untuk menculik dan menawan Sinta? Menghadiahi Sinta dengan taman Argasoka yang katanya indahnya melebihi sorga, dan bahkan selama 13 tahun tidak sekalipun Rahwana "menyentuh" Sinta.
Usut punya usut ternyata Sinta adalah titisan dari dewi Widawati, yang dalam kehidupan sebelumnya adalah istri yang sangat dicintai Rahwana. Jadi bisa disimpulkan bahwa satu kelemahan terbesar Rahwana adalah cinta.
Sedangkan, rupa yang beringas hanyalah topeng yang membuatnya mahir menyembunyikan sisi rapuh dalam dirinya
Ramayana kini tidak lagi terlihat sebagai hitam dan putih. Rahwana ternyata punya satu sisi yang bisa di jadikan sebagai pembelajaran, yakni kesetiaan adalah kekuatan terbesar seorang pria, sedangkan kerelaan adalah sikap ksatria yang paling berani.
Hari demi hari ia habiskan untuk menulis dan membacakan syair-syair untuk pujaan hatinya
Tiap hari yang selalu ia tanyakan hanyalah "apakah kau sudah mencintaiku?"
Mungkin rasaksa sebesar dan segagah Rahwana hanya ingin merasakan rasanya dicintai, rasanya diinginkan.
Sampai pada akhirnya ia rela menyerahkan nyawa untuk Sinta dan demi kedaulatan Alengka
Bagi sebagian orang Rahwana adalah sosok antagonis yang bengis dan tak kenal ampun.
Namun, bagi sebagian manusia lain Rahwana adalah sosok ksatria yang sebenarnya, berani mencintai seseorang meski harus mengorbankan segalanya
Meski Dasamuka gugur, meski Argasoka hancur, meski Alengka hanya tersisa puing-puingnya, nama Rahwana punya nilai tersendiri bagi yang melihatnya dari kacamata perasaan.
Komentar
Posting Komentar