Sandikala Abadi di Alengka
Ribuan kali: “Sinta, sudahkah kau mencintaiku?” Ternyata berarti kau melihat cahaya di mataku . Dan, jika kau bertanya: “Sinta, terkutukkah rupaku? Hingga memandangku tak ingin?” Kini— bahkan bara di kakiku pun tak sanggup membakar namamu. Semburat jingga yang kau patri bersama bunga-bunga kesukaanku telah mekar abadi dalam literasi yang tak pernah dipahami Rama. Karena kali pertama dalam seumur hidup indraku ditelanjangi habis-habisan. Rupanya, rasamu jauh lebih megah dari bentala. Namun, alangkah beruntungnya aku. Setidaknya— Sang Hyang Widhi mengabulkan permohonanku: menyelesaikan surat tanpa alamat Kepada senja abadi— Alengka.