Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2025

Sandikala Abadi di Alengka

  Ribuan kali: “Sinta, sudahkah kau mencintaiku?” Ternyata berarti kau melihat cahaya di mataku . Dan, jika kau bertanya: “Sinta, terkutukkah rupaku? Hingga memandangku tak ingin?” Kini— bahkan bara di kakiku pun tak sanggup membakar namamu. Semburat jingga yang kau patri bersama bunga-bunga kesukaanku telah mekar abadi dalam literasi yang tak pernah dipahami Rama. Karena kali pertama  dalam seumur hidup indraku ditelanjangi habis-habisan. Rupanya, rasamu  jauh lebih megah dari bentala. Namun, alangkah beruntungnya aku. Setidaknya— Sang Hyang Widhi mengabulkan permohonanku: menyelesaikan surat tanpa alamat Kepada senja abadi— Alengka.

PETRICHOR

  Ada wangi yang datang lebih dulu dari gerimis— samar, hampir seperti bisik. Degupnya selalu berisik, sedang rintiknya turun setitik demi setitik; barangkali takut terlalu deras, terlalu lancang. Bagaimana bisa udara di sekitarku tiba-tiba lebih sejuk, lebih jujur? Seakan ada deras yang ingin jatuh. Aku rasa, hembusan angin itu terlalu dusta untuk disebut kebetulan. Asal awan sendunya tahu, aku mencintai aroma hujan— aku tidak takut badai.

Hyetology

Kalau benar hujan di bulan Juni ialah tabah yang merahasiakan rintik, bijak yang menghapus ragu, dan arif yang membiarkan akar bunga menyerap segala yang tak berani diucap— maka hujan yang aku cintai ialah pusaran rasa: mengelus, bahkan menusuki dadaku, namun selalu berakhir hangat pada indra manapun yang sedang terjaga. Bukan berarti nafasku setara dengan Sapardi; ia mahir menyanjung hujan, sedang aku? gerimis saja aku masih gagap. Sukmaku hendak merapal asmamu lebih dari sekali— serupa rintik; "dengan sederhana." Agar abu tidak perlu menggantikan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api Sukmaku hendak merapal asmamu lebih dari sekali— serupa rintik; "dengan sederhana." Sehingga awan tidak perlu disapu hujan, hanya untuk mengantar isyarat yang tertahan Namun sungguh, bukan berarti nafasku setara dengan Sapardi; ia memoles sederhana dengan begitu megah Sedang aku?  Kurangku saja masih jadi lereng panjang