Untitled Lullaby
Saat dunia lelap, Aku terjaga— sibuk bercengkrama dengan sunyi Dingin menyapaku lebih dulu daripada hangat, lebih akrab dari tawa, lebih hafal namaku. Kopi pahit dan surat-surat tanpa alamat Pusara perasaan, nisan berhiaskan bunga, dan gema tanpa nama. Jiwaku nyaris telanjang Karena konon katanya: "Cinta itu buta" Helaan nafas, gerimis di sudut mata, kini senada dengan warna favoritku— gelap . Jika nadiku diketuk lebih kencang melalui derit pintu dan jam-jam tua yang tak lagi diberi waktu, Maukah hampa bertukar posisi dengan peluk? Biar sepenggal nafasku jadi doa— diiringi syair-syair tanpa tajuk Segala apa, kenapa, siapa, kapan, dan bagaimana Dieja tanpa jeda Lalu, sampai rebah, sukmaku menjadi ucapan selamat malam, paling manis, untuk sunyi.